Pendekatan Tematik Revisi
Merlina Situmeang
&
Robert Robinson Edo
Makalah ini disusun untuk
memenuhi Tugas:
DASAR PROGRAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
Dosen Pembimbing : Louise
M.S.Sihotang, Dra,Mpd.
Program Studi Matematika
Fakultas Ilmu Keguruan dan
Pendidikan
UNIVERSITAS
ADVENT INDONESIA
2011
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang tepat pada waktunya yang berjudul “PENDEKATAN TEMATIK.”
Makalah ini berisikan
informasi tentang Pengertian Pendekatan Tematik atau yang lebih khususnya
membahas tentang Cara guru Mengajar yang profesional sehingga siswa-siswa
tertarik dengan pelajaran matematika.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Pendekatan Tematik.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Pendekatan Tematik.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Pembimbing, Ibu Louise Saija Sihotang yang sedang sabar mengarahkan dan
membimbing kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir
kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini
dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan
senantiasa memberkati segala usaha kita. Amin.
Bandung,
16 September 2011
Penyusun
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar ...........................................................................................2
Daftar Isi.....................................................................................................3
I.
Pendahuluan....................................................................................4
II.
Pendekatan Tematik
2.1. Sejarah Pendekatan Tematik.....................................................5
2.2. Pengertian Pendekatan Tematik................................................6
2.3. Karakteristik Pendekatan Tematik............................................13
2.4. Implementasi Pendekatan Tematik...........................................17
2.5. Prodesur Pengimplementasian Pendekatan Tematik.................19
2.6. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Tematik......................25
III.
Contoh
Penelitan Yang Relevan......................................................27
IV.
Contoh Pembelajaran Menggunakan
Pendekatan Tematik.............................................................................................31
V.
Daftar Pustaka..................................................................................36
I.
PENDAHULUAN
Pemerintah pada beberapa tahun lalu telah mengeluarkan
kebijakan tentang otonomi daerah. Kebijakan ini antara lain memberi ruang gerak
yang luas kepada lembaga pendidikan khususnya sekolah dasar dalam mengelola
sumber daya yang ada, dengan cara mengalokasikan seluruh potensi dan prioritas
sehingga mampu melakukan terobosan-terobosan sistem pembelajaran yang lebih
inovatif dan kreatif.
Salah satu upaya kreatif dalam melaksanakan pembelajaran
yang menggunakan kurikulum berbasis
kompetensi di sekolah dasar adalah melakukan pembelajaran tematik. Pembelajaran
model ini akan lebih menarik dan bermakna bagi anak karena model pembelajaran
ini menyajikan tema-tema pembelajaran yang lebih aktual dan kontekstual dalam
kehidupan sehari-hari. Namun demikian masih banyak pihak yang belum memahami
dan mampu menerapkan model ini secara baik. Melalui tulisan ini akan diuraikan
secara singkat tentang pembelajaran tematik secara konseptual dan
implementasinya dalam kegiatan pembelajaran.
Hal inilah yang membuat kelompok kami tertarik untuk
mengangkat Pendekatan Tematik sebagai bahan persentase kami pada pelajaran
Dasar Pembelajaran Matematika. Karena pendekatan Tematik ini disajikan dengan
tema-tema yang sesuai dengan bahan ajar dan melibatkan siswa untuk ikut terjun
dan menyenangkan tentunya bagi siswa.
II.
PENDEKATAN TEMATIK
2.1.
Sejarah Pendekatan Tematik
Mata pelajaran telah menjadi harga
mati dalam pendidikan saat ini. Semenjak dini anak-anak telah mengenal apa itu
pelajaran Bahasa, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam misalnya. Mereka bahkan
semenjak dini telah mengenal daftar mata pelajaran. Bahkan mungkin pekerjaan
pertama yang mereka lakukan pada hari pertama masuk sekolah dasar adalah
menyalin daftar mata pelajaran.
Untuk itu pendekatan mata pelajaran dirasa perlu
dilakukan oleh seorang pendidik, dan pendekatan ini diawali oleh seorang ahli psikologi ketimbang
seorang ahli pendidikan. Orang tersebut adalah Wilhelm Maxt Wundt,
seorang ahli psikologi eksperimental. Wundt menganggap bahwa pendidikan adalah
masalah respons dari stimulus luar. Ketidaktahuan akan sesuatu adalah penyakit
yang dapat disembuhkan. Pendidikan direduksi menjadi sebuah modifikasi
behavioral ( Mitchell: Bab 3, dalam Oni Suryani ).
Pendekatan ini diterapkan dengan
baik oleh James Cattell, seorang psikolog Amerika, pionir dalam
pengukuran intelegensia. Pendekatan inilah yang kelak melahirkan konsep seperti
tujuan pengajaran (“learning objective”) dan tentu saja sistem
penilaian. Pendidikan telah dilarikan dari pengajaran substansi menjadi
pencapaian hasil akhir yang dapat diukur. Menurut Mitchell, pendidikan yang broad-based
pun kehilangan peminat yang lari ke pendekatan mata pelajaran dengan tujuan
terukur. Dan pendekatan tematik ini sekarang diadopsi oleh hampir seluruh
dunia ( Mitchell : bab 3, dalam Oni Suryani ).
Ini adalah akibat kemenangan kubu
konservatif di Era Reformasi di penghujung Renaissance. Sebelumnya para
pelajar memiliki kebebasan memilih guru, pelajaran, bahkan jam belajar yang
bebas dan semau saya. Kemenangan kaum konservatif ini salah satunya
dipengaruhi oleh mulai menguatnya negara sepeninggal melemahnya kekuasaan
gereja. Momen ini dimanfaatkan oleh negara untuk lebih mengendalikan warganya,
salah satunya melalui pendidikan.
Menurut Oni Suryani ” negara dengan kekuasaan penuh, didukung oleh gereja reformasi
(Calvinist dan Lutheran), memaksakan sebuah sistem sekolah baru, dengan disiplin,
absen, kurikulum tetap, mata pelajaran, jam pelajaran, peraturan sekolah dengan
segala larangannya dan tentu saja hukuman “( Butts, 1947: hal 272).
2.2. Pengertian Pendekatan Tematik
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa
tema dari mata pelajaran yang lainnya sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa. Tema adalah
pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan ( Menurut Poerwadarminta, 1983).
Pendekatan Tematik itu adalah : suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan
materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan. Pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan
pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang
kreatif dengan menggunakan tema (
Menurut Sutirjo dan Sri
Istuti Mamik, 2004: 6).
Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh
Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu
haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
Pendekatan pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar
sambil melakukan sesuatu (learning by doing).
Selain itu
Pembelajaran Tematik merupakan implementasi dari Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Dasar pertimbangan pelaksanaan pembelajaran tematik ini
merujuk pada tiga hal, yaitu : landasan filosofis, psikologis,
dan yuridis.
Dari pernyataan tersebut dapat ditegaskan
bahwa pembelajaran tematik dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi
padatnya materi kurikulum. Disamping itu pembelajaran tematik akan memberi
peluang pembelajaran terpadu yang lebih menekankan pada
partisipasi/keterlibatan siswa dalam belajar. Keterpaduan dalam pembelajaran
ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek
belajar mengajar.
Pendekatan tematik merupakan suatu cara
pandang dalam menyelenggarakan pembelajaran yang mengunakan berbagai konteks
dalam kehidupan anak sehari-hari.
Konteks itu sendiri dari benda, peristiwa,
keadaan atau pengalaman yang berada dalam kehidupan sehari-hari dan mungkin
dialami oleh anak pada suatu waktu. Pemilihan konteks ini memungkinkan guru
dapat mengembangkan suatu strategi pembelajaran bermakna, utuh dan terpadu yang
mengkaitkan antara pembelajaran satu dengan pembelajaran lainnya.
Dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik,
ada beberapa prinsip dasar yang perlu
diperhatikan yaitu: 1) bersifat terintegrasi dengan lingkungan, 2) bentuk
belajar dirancang agar siswa menemukan tema, dan 3) efisiensi. Agar diperoleh
gambaran yang lebih jelas berikut ini akan diuraikan ketiga
prinsip tersebut, berikut ini:
1.
Bersifat
kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan.
Pembelajaran yang
dilakukan perlu dikemas dalam suatu format keterkaitan, maksudnya pembahasan
suatu topik dikaitkan dengan kondisi yang dihadapi siswa atau ketika siswa
menemukan masalah dan memecahkan masalah yang nyata dihadapi siswa dalam
kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan topik yang dibahas.
2. Bentuk belajar harus
dirancang agar siswa bekerja secara sungguh-sungguh untuk menemukan tema
pembelajaran yang riil sekaligus mengaplikasikannya. Dalam melakukan
pembelajaran tematik siswa didorong untuk mampu
menemukan tema-tema yang
benar-benar sesuai dengan kondisi siswa, bahkan dialami siswa.
3.
Efisiensi
Pembelajaran
tematik memiliki nilai efisiensi antara lain dalam segi waktu, beban materi,
metode, penggunaan sumber belajar yang otentik sehingga dapat mencapai
ketuntasan kompetensi secara tepat.
Konsep pembelajaran tematik adalah
merupakan pengembangan dari pemikiran dua orang tokoh pendidikan yakni Jacob
tahun 1989 dengan konsep pembelajaran interdisipliner dan Fogarty
pada tahun 1991 dengan konsep pembelajaran terpadu. Pembelajaran
tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja
mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun
antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu peserta didik akan memperoleh
pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran jadi bermakna
bagi peserta didik.
Bermakna disini memberikan arti
bahwa pada pembelajaran tematik peserta didik akan dapat memahami konsep-konsep
yang mereka pelajari melalui pengalaman lansung dan nyata yang menghubungkan
antar konsep-konsep dalam intra maupun antar mata pelajaran.
Jika dibandingkan dengan pendekatan
konvensional, maka pembelajaran tematik tampak lebih menekankan pada
keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik
aktif terlibat dalam proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan. Karena pendekatan pembelajaran tematik lebih
mengutamakan pembahasan berbagai konteks yang dimaksud, terutama aspek
pengalaman belajar siswa. Dengan demikian pembelajaran tematik menjadi
bersahabat, menyenangkan, tetapi bermakna bagi siswa.
Untuk itu pendidik dituntut harus
mampu merancang dan melaksanakan pengalaman belajar dengan tepat. Setiap
peserta didik memerlukan bekal pengetahuan dan kecakapan agar dapat hidup
dimasyarakat, dan bekal ini diharapkan diperoleh melalui pengalaman belajar
disekolah. Oleh sebab itu pengalaman belajar di sekolah sedapat mungkin
memberikan bekal bagi peserta didik dalam mencapai kecakapan untuk berkarya.
Kecakapan ini disebut dengan kecakapan hidup yang cakupannya lebih luas
dibanding hanya sekedar keterampilan. Itu merupakan salah satu alasan untuk
menerapkan pendekatan pembelajaran tematik yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu, dalam pembahasannya tema
itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran.
“Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang
menjadi pokok pembicaraan” ( Depdiknas ,2007:226 ). Dan “Tema merupakan alat
atau wadah untuk mengedepankan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh “.
( Kunandar ,2007:311, dalam Tarmizi Ramadhan ), dalam
pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu
kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran
yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang
bermakna kepada siswa.
Keterpaduan dalam
pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum,
dan aspek belajar mengajar. Jadi, pembelajaran tematik adalah pembelajatan
terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi yang terdapat di dalam
beberapa mata pelajaran dan diberikan dalam satu kali tatap muka.
Pembelajaran tematik dikemas dalam suatu tema
atau biasa disebut dengan istilah tematik.
Pendekatan tematik ini merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan,
kemahiran dan nilai pembelajaran serta pemikiran yang kreatif dengan
menggunakan tema. Dengan kata lain pembelajaran tematik adalah pembelajaran
yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Dikatakan bermakna karena
dalam pembelajaran tematik, peserta didik akan memahami konsep-konsep yang
mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep
lain yang telah dipahaminya. Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran
yang menolak proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan
pengetahuan dan struktur intelektual anak.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran
tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru
bersama peserta didik dan atau oleh guru itu sendiri dengan memperhatikan
keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema dalam pembelajaran tematik
menjadi sentral yang harus dikembangkan.
Tema
tersebut diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya:
1)
Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu.
2)
Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama.
3)
Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
4)
Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata
pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik.
5)
Peserta didik lebih mampu merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas.
6)
Peserta didik mampu dan lebih bergairah dalam belajar karena dapat
berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam
satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain.
7)
Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara
tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga
pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan,
atau pengayaan.
Pembelajaran
tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara
aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman
langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan
yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami
konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang
telah dipahaminya.
2.3.
Karakteristik Pendekatan Tematik
Pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri atau
karakteristik sebagaimana diungkapkan dalam www. pppg tertulis.or.id.
sebagai berikut :
1) Berpusat pada siswa.
2) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa.
3) Pemisahan mata
pelajaran tidak begitu jelas.
4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam
suatu proses pembelajaran.
5) Bersifat fleksibel.
6) Hasil
pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan siswa.
Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang karakteristik
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
Berpusat
pada siswa.
Proses
pembelajaran yang dilakukan harus menempatkan siswa sebagai pusat aktivitas dan
harus mampu memperkaya pengalaman belajar. Pengalaman belajar tersebut
dituangkan dalam kegiatan belajar yang menggali dan mengembangkan fenomena alam
di sekitar siswa.
2.
Memberikan
pengalaman langsung kepada siswa.
Agar
pembelajaran lebih bermakna maka siswa perlu belajar secara langsung dan
mengalami sendiri. Atas dasar ini maka guru perlu menciptakan kondisi yang
kondusif dan memfasilitasi tumbuhnya pengalaman yang bermakna.
3.
Pemisahan
mata pelajaran tidak begitu jelas.
Mengingat tema dikaji dari berbagai mata pelajaran dan
saling keterkaitan maka batas mata
pelajaran menjadi tidak begitu jelas.
4.
Menyajikan
konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.
5.
Bersifat
fleksibel.
Pelaksanaan
pembelajaran tematik tidak terjadwal secara
ketat antar mata pelajaran.
6.
Hasil
pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan siswa.
Sehubungan
dengan hal tersebut diungkapkan pula dalam www p3gmatyo.go.id/download/SD
karakteristik pembelajaran terpadu/tematik sebagai berikut :
1) Pembelajaran berpusat
pada anak.
2) Menekankan
pembentukan pemahaman dan kebermaknaan.
3) Belajar melalui
pengalaman langsung.
4) Lebih
memperhatikan proses daripada hasil semata.
5) Sarat
dengan muatan keterkaitan.
Dan sebagai suatu proses,
pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai berikut :
- Pembelajaran berpusat pada peserta didik.
Pembelajaran tematik dikatakan
sebagai pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, karena pada dasarnya
pembelajaran tematik merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan
keleluasan pada peserta didik baik secara individu maupun kelompok. Peserta
didik dapat aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip
dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.
2. Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan.
Pembelajaran tematik mengkaji suatu
fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antar skemata
yang dimiliki peserta didik, sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari
materi yang dipelajari peserta didik. Hasil yang nyata didapat dari segala
konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang di
pelajari dan mengakibatkan kegiatan belajar lebih bermakna. Hal ini diharapkan
akan berakibat kepada kemampuan peserta didik untuk dapat menerapkan perolehan
belajarnya pada pemecahan masalah-masalah yang nyata dalam kehidupannya.
3. Belajar melalui pengalaman langsung.
Pada pembelajaran tematik
diprogramkan untuk melibatkan peserta didik secara lansung pada konsep dan
prinsip yang dipelajari dan memungkinkan peserta didik belajar dengan melakukan
kegiatan secara langsung. Sehingga peserta didik akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan
fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan sekadar informasi dari guru.
Pendidik lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan katalisator yang
membimbing kearah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan peserta didik sebagai aktor pencari fakta dan informasi
untuk mengembangkan pengetahuannya.
4. Lebih memperhatikan proses dari hasil semata.
Pada pembelajaran tematik
dikembangkan pendekatan discoveri inquiry (penemuan terbimbing) yang
melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran yaitu mulai
dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses evaluasi. Pembelajaran Tematik dilaksanakan dengan
melibatkan hasrat, minat, dan kemampuan peserta didik, sehingga dimungkinkan
peserta didik termotivasi untuk belajar terus menerus.
5. Sarat dengan muatan keterkaitan.
Pembelajaran tematik memusatkan
perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari
beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang
terkotak-kotak. Sehingga dimungkinkan peserta didik untuk memahami suatu
fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat
peserta didik lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang
ada.
2.4. Implementasi Pendekatan
Tematik
Implikasi
Pembelajaran Tematik
Dalam implementasinya pembelajaran tematik disekolah dasar mempunyai implikasi yang mencakup :
Dalam implementasinya pembelajaran tematik disekolah dasar mempunyai implikasi yang mencakup :
- Implikasi bagi guru
Pengalaman Pembelajaran tematik
memerlukan guru yang kreaktif baik dalam menyiapkan belajar bagi anak, juga
dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar
pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan, dan utuh.
- Implikasi bagi siswa
1.
Siswa harus siap
mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya yang dimungkinkan
untuk bekerja, baik secara individual, pasangan kelompok kecil, maupun klasikal.
2. Siswa
harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi dan aktif.
·
Implikasi terhadap
sarana, prasarana,sumber balajar dan media.
1. Pelaksanaan
pembelajaran ini memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar yang mendukung agar kegiatan belajar mengajar dapat
berjalan dengan baik.
2. Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber
belajar, baik yang didesain secara khusus maupun yang tersedia dilingkungan.
3. Pembelajaran ini juga perlu
mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran bervariasi.
4. Pembelajaran
ini masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada atau bila memungkinkan
untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi.
·
Implikasi terhadap
pengaturan ruangan.
1. Ruang
perlu ditata sesuai tema yang dilaksanakan.
2. Susunan
bangku bisa berubah-ubah.
3. Perta
didik tidak harus selalu harya duduk dikursi, tetapi dapat duduk ditikar atu
dikarpet.
4. Kegiatan
hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik didalam maupun diruangan.
5. Dinding
kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan dimanfaatkan
sebagai sumber balajar.
6. Alat,
sarana, sumber belajar hendaknya dikelola dengan baik.
- Implikasi terhadap pemilihan metode
Pembelajaran
yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan
multi metode, misalnya percobaan, bermain peran, tanya jawab,
demonstrasi, dan bercakap-cakap.
2.5. Prosedur Pengimplementasian
Pembelajaran Pendekatan Tematik
Menurut Surya (2002:84) belajar adalah suatu proses
yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya
dengan lingkungan. Apabila pemahaman guru tentang belajar adalah proses
memperoleh tingkah laku secara keseluruhan, maka proses pembelajaran yang
terjadi suatu kesatuan yang mengandung berbagai persoalan untuk dipahami oleh
peserta didik secara keseluruhan dan terpadu.
Secara umum pelaksanaan pembelajaran tematik memiliki tiga
tahapan, yakni tahapan perencanaan, tahapan pelaksanaan dan tahapan evaluasi.
- Tahap Perencanaan Pembelajaran
Sebelum dilakukan pemilihan tema
yang akan diangkat dalam kegiatan pembelajaran, pendidik terlebih dahulu harus
melakukan kegiatan menganalisis SK dan KD yang ada dalam standar isi. Kemudian
mengelompokkan SK dan KD yang memiliki keterkaitan atau hubungan satu sama
lainnya, baik dalam satu mata pelajaran ataupun antar mata pelajaran.
Setelah kegiatan pengelompokan SK
dan KD selesai lalu pendidik merancang materi pembelajaran untuk setiap SK dan
KD tersebut, kemudian dilakukan analisis ulang. Berdasarkan SK, KD dan materi
esensial yang telah dikelompokkan dan dianalisis, guru kelas dan guru mata
pelajaran melakukan diskusi untuk menetapkan tema dasar dan unit tema.
Tema dapat juga dipilih berdasarkan
pertimbangan lain yaitu : tema yang dipilih berdasarkan konsensus antar siswa,
misalnya dari buku-buku bacaan, pengalaman, minat, isu-isu yang sedang
berkembang ditengah-tengah masyarakat. Hal ini membutuhkan sarana dan prasarana
yang menunjang serta sumber belajar yang tersedia, dan juga harus memperhatikan
tingkat perkembangan peserta didik.
Mengingat tuntutan BNSP pendekatan
tematik di gunakan di kelas terendah Sekolah Dasar maka pola pemilihan tema
dengan cara ini akan sangat sulit untuk dioperasionalkan. Sehingga akan lebih
realistis apa bila tema ditentukan oleh guru dari berbagai mata pelajaran secara
bersama-sama. Menurut Herawati 1998, mengatakan ada beberapa persyarat yang harus dipenuhi
dalam menentukan tema yaitu :
- Tema merupakan hasil ramuan dari berbagai materi didalam satu maupun beberapa mata pelajaran.
- Tema diangkat sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran yang terpadu dalam materi pembelajaran, prosedur penyampaian, serta pemaknaan pengalaman belajar oleh peserta didik.
Tema disesuaikan dengan karakteristik
belajar peserta didik SD sehingga azas perkembangan berpikir anak dapat dimanfaatkan secara
maksimal.
Tema harus bersifat cukup
problematik dan populer sehingga membuka kemungkinan luas untuk
melaksanakan pembelajaran beragam yang mengandung substantif yang lebih luas
apabila dibanding dengan pembelajaran biasa.
Setelah dilakukan analisis terhadap
SK dan KD lalu dirumuskan indikator ketercapai kompetensi, KD dan indikator
didistribusikan pada tema-tema yang telah ditentukan, sehingga
semua KD dan indikator tersebut semuanya habis.
Apabila ada kompetensi yang tidak
tercakup, artinya KD dan indikator yang tidak dapat dipadu dengan tema yang
tersedia atau tidak dapat dipadu dengan mata pelajaran lain maka KD dan
indikator tersebut diajarkan secara tersendiri.
Untuk mendistribusikan semua SK, KD
dan indikator tersebut dibuatlah jaringan tema, untuk menghubungkan KD dan indikator dengan tema pemersatu. Dengan
jaringan tema tersebut akan terlihatlah keterkaitan antara tema, KD dan
indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dikembangkan sesuai
dengan alokasi waktu setiap tema.
Hasil seluruh proses yang telah
dilakukan pada tahapan sebelumnya dijadikan dasar untuk penyusunan silabus.
Komponen silabus menurut Permendiknas No.41 tahun 2008 tentang standar proses
mencakup SK, KD, indikator pencapaian kompetensi, materi esensial, KKM,
kegiatan pembelajaran, alokasi waktu, sistem penilaian, alat bantu
belajar, media dan sumber belajar. Permen 22 tahun 2006 tentang standar isi
menuntut adanya tugas terstruktur dan tugas tidak terstruktur dalam pelaksanaan
proses pembelajaran maka kedua sistem tugas tersebut diakomodir dalam
merumuskan silabus.
Untuk mengoperasionalkan silabus
tersebut dalam pelaksanaan pembelajaran perlu disusun RPP. Rancangan Program
Pembelajaran tersebut merupakan patron dari kegiatan pendidik dan peserta didik
dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas.
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Tematik.
Pelaksanaan pembelajaran merupakan
kegitan inti dari aktivitas pembelajaran, dalam pelaksanaannya disesuaikan
dengan rambu-rambu yang telah disusun pada Rancangan Program Pembelajaran
(RPP). Pada tahapan ini dapat diketahui kekuatan dan kelemahan dari rancangan
yang telah disusun. Oleh karenanya dibutuhkan kemampuan pendidik dalam
melaksanakan model pembelajaran tematik. Kemampuan pendidik dalam
mengembangkan materi pembelajaran, membuat proses pembelajaran lebih bermakna
sangat erat hubungannya dengan pemilihan tema pembelajaran.
Menurut Dunkin ( dalam Sanjaya, 2006
) ada sejumlah aspek yang mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat
dari faktor guru yaitu :
- Formative experience, meliputi jenis kelamin serta semua pengalam hidup yang menjadi latar belakang sosial mereka.
- Teacher training experience, meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan pendidik.
- Training properties, segala sesuatu yang berhungan dengan sifat yang dimiliki pendidik, seperti sikap pendidik terhadap siswa, kemampuan dan intelegensi pendidik, baik dalam kemampuan pendidik mengelola kegiatan pembelajaran, maupun kemampuan pendidik menguasai materi pembelajaran.
Disamping faktor pendidik banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kualitas proses pembelajaran tersebut, diantaranya kualitas rancangan
pembelajaran, faktor sarana dan prasarana yang tersedia, faktor alat bantu belajar, media dan
sumber belajar, faktor lingkungan belajar dan termasuk yang sangat menentukan
faktor
peserta didik itu sendiri.
Prosedur pelaksanaan pembelajaran
tematik tidak berbeda dengan pelaksanaan pembelajaran lainnya, pembelajaran
dilakukan dengan menggunakan tiga tahapan pembelajaran, yaitu: kegiatan awal,
kegiatan inti dan kegiatan akhir pembelajaran. Pada kegiatan awal dilakukan
kegiatan mengkondisikan kelas untuk siap melaksanakan proses pembelajaran,
menginformasikan tema dan subtema, KD dan indikator yang akan dibahas melalui
materi ajar, tujuan pembelajaran dan merevew tugas terstruktur kalau ada.
Kegiatan inti terdiri dari tiga
bagian yakni, Eksplorasi, yaitu menggali sedalam dan seluas mungkin
materi yang sedang dibahas. Elaborasi, yaitu mengkorelasikan dan memadukan antara konsep yang
sedang dibahas dengan konsep sebelumnya dalam satu mata pelajaran dan dengan
konsep lain pada mata pelajaran yang berbeda, atau menerapkan konsep tesebut
untuk memecahkan masalah, dan atau mengkorelasikan dengan keadaan nyata
sehari-hari dan harapan masa depan. Komfirmasi, yaitu melakukan upaya pembenaran dari
temuan belajar peserta didik dengan melakukan penguatan, dan penyimpulan akhir
hasil pembelajaran. Kegiatan akhir pembelajaran berisikan kegiatan pemberian
Latihan Dalam Proses (LDP) dan menginformasikan tema atau subtema untuk
pembelajaran berikutnya, serta memberikan tugas terstruktur kalau dibutuhkan.
3. Mengevaluasi Proses dan
Hasil Belajar.
Pembelajaran tematik merupakan
pembelajaran yang penekanannya pada kebermaknaan proses dalam arti bahwa
peserta didik mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui
pengalaman langsung dalam proses pembelajaran dari pada menguasai setumpuk
konsep yang belum tentu dimengerti dan diperlukan mereka.
Oleh karenanya penilaian proses
pembelajaran dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan. Adapun aspek-aspek
utama yang harus selalu diamati pendidik antara lain adalah, seberapa besar dan
dalam tingkat keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran yang sedang
berlangsung,
tingkat keaktifan dan kreaktifitas peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuaannya melalui
pengalamannya dalam proses pembelajaran, disamping motivasi dan ketekunannya
mengikuti proses pembelajaran.
Penilaian hasil belajar yang
memiliki kesesuaian dengan pembelajaran tematik adalah autentic assesment
dalam bentuk penilaian kinerja dan portofolio ketimbang dalam bentuk
penilaian konvensional yang mengunakan instrumen test tertulis atau lisan.
Karena peserta didik akan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sesuai
dengan tingkat perkembangan dan skemata yang telah mereka miliki.
2.6. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan
Tematik
Menurut Kunandar (2007:315) dalam Tarmizi
Ramadhan ,
Pembelajaran Tematik mempunyai kelebihan-kelebihan antaralain :
- Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik.
- Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
- Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.
- Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi.
- Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama.
- Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
- Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik.
Keuntungan
lain dari pendekatan tematik dalam
pembelajaran Matematika bagi siswa antara lain :
1.
Belajar berfokus pada proses.
2.
Mengurangi rintangan
artificial.
3.
Berpusat pada anak.
4. Siswa
bergairah dalam penemuan dan penyelidikan di dalam dan di luar kelas.
5. Mempertinggi apresiasi
dan pemahaman.
6. Mengoptimalkan
pengetahuan awal siswa dalam mengembangkan pengetahuan
baru.
7. Merangsang
kreasi siswa (
Menurut Setiati, 1998) dalam Tarmizi Ramadhan.
Sedangkan keuntungan bagi guru
antara lain :
1.
Tersedianya waktu yang lebih
banyak untuk pencapaian tujuan pembelajaran.
2.
Hubungan antara subyek,
topik, dan tema dapat dikembangkan secara logis.
3.
Pembelajaran dapat
ditunjukkan sebagai aktifitas yang terus menerus,
4.
Guru bebas membantu siswa
melihat masalah dari berbagai sudut pandang.
5.
Penilaian lebih holistik,
autentik, dan bermakna.
6.
Guru dapat mengembangkan
proses pemecahan masalah, berpikir kreatif, dan kritis.
Selain
kelebihan di atas pembelajaran tematik memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan
pembelajaran tematik tersebut terjadi apabila dilakukan oleh guru tunggal. Misalnya
seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga
dalam pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan materi
pokok setiap mata pelajaran. Di samping itu, jika skenario pembelajaran tidak
menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar tidak akan tercapai karena akan menjadi sebuah narasi yang
kering tanpa makna.
III.
CONTOH PENELITIAN
YANG RELEVAN
Menurut hasil
penelitian yang dilakukan oleh Saleh Haji (
dr.Saleh haji@yahoo.com )
dalam penelitiannya yang
berjudul DAMPAK PENERAPAN PENDEKATAN TEMATIK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI
SEKOLAH DASAR, bahwa hasil
belajar siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan tematik lebih baik daripada
yang diajar dengan menggunakan pembelajaran biasa. Hal ini tampak dari
perbedaan skor rata-rata hasil belajar. Rata-rata hasil belajar siswa yang
diajar dengan pendekatan tematik dalam pembelajaran
Matematika adalah 79,019 pada skala 0-100. Lebih baik
daripada siswa yang diajar dengan pembelajaran
konvensional/pembelajaran yang biasa dilakukan guru sebesar 54,615
pada skala
0-100. Selisih nilai postest dengan pretest siswa yang diajar dengan
pendekatan tematik adalah 37,788 pada skala 0-100,
sedangkan dengan pembelajaran konvensional adalah 11,846.
Perbedaan penambahan
kemampuan Matematika antara hasil dari pendekatan
tematik dan konvensional menunjukkan bahwa kedua pembelajaran tersebut
memberikan pengaruh yang berbeda. Perbedaan tersebut
selain ditunjukkan oleh perbedaan penambahan pengetahuan, secara
statistik ditunjukkan dengan hasil nilai t hitung sebesar 5,217 lebih besar
dari table sebesar
3,641 dengan derajat kebebasan 69 dan taraf kepercayaan 95% yang berarti
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar matematika siswa
yang diajar dengan pendekatan dengan pembelajaran
konvensional.
Perbedaan hasil pendekatan
tematik dalam pembelajaran Matematika dengan hasil pembelajaran
konvensional dapat dipahami karena adanya perbedaan penekanan. Tematik
dalam Pembelajaran Matematika menitikberatkan dan mempertimbangkan
hakikat anak sekolah dasar yang berusia sekitar 7-13 tahun,
Seperti : pola pemikirannya yang bergerak dari hal-hal
yang umum ke hal-hal yang khusus (Menurut Gunarsa, 1990), pandangannya
menyatu/holistic (Menurut
Freudenthal, 1973), sulit memahami
bagian-bagian (
Menurut Asy’ari, 1977), dan lebih
mudah memahami hal-hal konkret (Menurut
Ruseffendi, 1991). Pendekatan tematik
dalam pembelajaran Matematika dapat mengakomodasi
karakteristik anak tersebut sehingga mereka dapat memahami materi matematika
dengan baik.
Hasil penelitian menunjukkan
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar Matematika siswa yang diajar
dengan pendekatan tematik dalam pembelajaran Matematika dengan
siswa yang diajar melalui pembelajaran konvensional. Dari rata-rata hasil
belajar didapat bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan tematik
dalam Pembelajaran Matematika lebih baik dari hasil belajar siswa yang diajar dengan
pembelajaran konvensional. Selain itu, melalui
Pendekatan Tematik dalam Pembelajaran Matematika siswa memperoleh
berbagai cara dalam melakukan operasi hitung, mendapat pengetahuan
yang cukup banyak selain pengetahuan Matematika, dan siswa merasa senang dalam
belajar Matematika.
Penelitian pembelajaran
Matematika dengan pendekatan tematik diharapkan dilanjutkan untuk
pokok bahasan, tema, dan subyek yang berbeda dari penelitian ini. Selanjutnya
kepada guru Matematika disarankan menggunakan pendekatan tematik dalam
Pembelajaran Matematika untuk menjelaskan konsep
Matematika khususnya bagi kelas 3 Sekolah Dasar. Selanjutnya
pembuat kebijakan di bidang pendidikan disarankan untuk mempertimbangkan penerapan
pendekatan tematik dalam pembelajaran Matematika khususnya di Sekolah Dasar.
Persoalan yang paling serius yang
dihadapi oleh dunia pendidikan kita dewasa ini adalah persoalan tenaga pendidik
dan tenaga kependidikan. Belum tercapainya
kurikulum, dan tercapainya standarnya kompetensi
yang dimiliki banyak guru, rendahnya tingkat profesionalitas, rendahnya
motivasi kerja, ketidak mampuan guru mengabgret dirinya, dan belum
bangganya seorang guru memiliki profesi guru.
Banyak hal yang telah dilakukan
pemerintah, seperti : sertifikasi guru, pendidikan dan pelatihan dan melahirkan
UU guru dan dosen, tetapi semuanya hilang bak ditelan malam. Dilain pihak guru adalah orang yang
berada dilini terdepan dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
Sebagus apapun kurikulum, selengkap apapun fasilitas, jika berada ditangan guru
yang tidak profesional tidak akan bermakna apa-apa ( Saleh Haji dalam Junal Pendidikan Volume 10,
Nomor 1 ).
Menurut Stephen.R.Covey (2005) mengatakan, antara rangsangan dan
tanggapan terdapat sebuah ruang. Di ruang itu terdapat kebebasan dan
kemampuan kita untuk memilih tanggapan. Dalam pilihan-pilihan kita
terdapat perkembangan dan kebahagian kita. Apabila kita mendasari pilihan
dengan warisan kebiasaan dan keberhasilan masa lalu, maka ia akan mempersempit
ruang yang ada, karena kondisi kekinian bergerak jauh lebih cepat dari apa yang
kita pikirkan ( Saleh Haji dalam
Junal Pendidikan Volume 10, Nomor 1 ).
Apabila hari ini kita ditentukan
oleh masa lalu, apakah masa depan kita masih akan ditentukan oleh masa lalu ?
Wilayah cakupan apa yang kita pikirkan dan kita kerjakan dibatasi oleh apa yang
tidak kita ketahui. Dan karena itu, tidak berhasil mengetahui apa-apa
yang tidak berhasil kita ketahui, hanya sedikit hal yang dapat kita lakukan
terhadap perubahan; sampai kita mengetahui bagaimana kegagalan untuk mengetahui
itu membentuk pikiran dan perbuatan kita.
Peningkatan mutu pendidikan harus
kita mulai hari ini dan dari diri kita sendiri, kalau tidak kita akan digilas
oleh pikiran dan angan-angan kita sendiri, dan ia akan makin jauh meninggalkan
kita, tanpa mungkin kita kejar hanya dengan merenung dan
berangan-angan. Mari kita berbuat dan berbuat sebagai warisan untuk anak-cucu
kita kelak dikemudian hari.
IV.
CONTOH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TEMATIK
Pendekatan tematik dalam pembelajaran Matematika dapat
mengakomodasi karakteristik anak tersebut sehingga mereka dapat memahami materi
matematika dengan baik. Pendekatan tersebut memungkinkan siswa untuk terlibat
langsung pada masalah nyata dan siswa dapat memperhatikan hal-hal umum sesuai
dengan tema yang dipilih.
Seperti dalam tema ‘Pasar’,
siswa dihadapkan pada situasi pasar yang berkaitan dengan jual-beli, berhitung,
berkomunikasi, hubungan sosial, tata krama, mahluk hidup, kesopanan, hasil
kerajinan tangan (seni budaya), dan berbagai macam benda.
Hal-hal yang umum tersebut
dapat mengantarkan siswa pada pemahaman konsep matematika, seperti melalui
peristiwa jual-beli, siswa dapat diarahkan pada pemahaman konsep ’Operasi
Hitung Bilangan Sampai Tiga Angka’, dalam peristiwa seorang ibu membeli buah
mangga di pasar. Selain untuk keperluan dirinya, ibu tersebut mendapat pesanan
dari tentangganya untuk membelikan mangga juga. Ibu tersebut membeli 2 kantong
plastik untuk dirinya dan 2 kantong plastik untuk pesanan tetangganya.
Masing-masing kantong
plastik memuat 2 buah mangga. Banyak mangga yang dibeli oleh ibu tersebut
dipahami sebagai: Untuk dirinya sendiri sebanyak: 4; dan untuk
pesanan tetangganya sebanyak: 4; yang kemudian
ditulis dalam bentuk simbol, kata ‘dan’ diganti dengan simbol ‘+’, sehingga ditulis
sebagai: 2 + 2 (untuk dirinya) dan 2 + 2 (untuk tetangganya). Selanjutnya
ditulis sebagai: 4 + 4 yang menghasilkan 8 buah mangga. Siswa lain, memahami kasus
di atas sebagai berikut: 2 ( ) untuk dirinya dan 2 ( ) untuk tetangganya.
Lalu ditulis sebagai 2 (2) dan 2 (2). Simbol ( ) dipahami sebagai ‘kali’
sedangkan ‘dan’ dipahami sebagai ‘+’. Hasilnya adalah 2 x 2 + 2 x 2 = 4 + 4 =
8. Siswa yang lain lagi memahaminya sebagai berikut : 2 (
dan ), Sehingga diperoleh : 2 ( 2 + 2 ), menjadi
2 x 4 = 8.
Kasus kongkrit tersebut
dilengkapi dengan kasus-kasus jual-beli lain yang dapat mengantarkan anak untuk
memahami sifat abstrak seperti operasi hitung penjumlahan dan perkalian dengan
berbagai cara. Ternyata, dengan pendekatan tematik dalam pembelajaran Matematika
anak mampu memahami konsep matematika tentang ’Operasi Hitung Bilangan Sampai
Tiga Angka’ secara bermakna, karena terjadi pengkaitan antar sejumlah konsep
dalam matematika maupun dengan kehidupan sehari-hari.
Pemahaman operasi
hitung yang didekati melalui suatu tema dalam kehidupan nyata membuat siswa
senang dalam belajar matematika. Siswa menikmati proses matematika yang terdapat
dalam aktifitas di pasar. Mereka melakukan suatu kegiatan nyata yang di
dalamnya terdapat berbagai konsep operasi hitung. Hasil perhitungan sikap
tentang respon siswa terhadap pembelajaran Matematika dengan menggunakan
pendekatan tematik menunjukkan sebanyak 73% siswa menyenangi belajar matematika
dengan menggunakan pendekatan tematik. Selain dapat memahami materi matematika
dengan cara melakukan suatu aktivitas dalam situasi nyata (Gravemeijer, 1994),
anak juga mendapatkan banyak pengetahuan lain tentang berbahasa, berinteraksi
sosial, berdisiplin dan mengetahui berbagai hal yang terdapat di pasar.
Konsep-konsep
(pengetahuan) yang muncul melalui pendekatan tematik dalam tema ’Pasar’ sebagai
berikut:
a)
Operasi
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian (Matematika) yang muncul
melalui kegiatan jual-bel barang/bahan;
b)
Bentuk
tulisan, susunan kalimat, perbendaharaan kata, intonasi dan gaya bahasa (Bahasa
Indonesia) yang muncul melalui kegiatan penuturan (pembuatan kuitansi) antara penjual
dengan pembeli;
c)
Berbagai
jenis hewan, sayuran, dan buah-buahan (Ilmu Pengetahuan Alam) melalui pembelian
sejumlah bahan makanan;
d)
Sikap
saling menghormati, memahami jenis pekerjaan, uang (Ilmu Pengetahuan Sosial)
melalui kegiatan negosiasi antara penjual dengan pembeli;
e)
Sikap
demokratis, hak dan kewajiban warga negara (PPKN) melalui kegiatan kebebasan
pembeli untuk menentukan barang/bahan yang akan dibelinya;
f)
Kejujuran
(Pendidikan Agama) melalui kegiatan menimbang barang dagangan (penjual) dan
membayar barang (pembeli);
g)
Mengekspresikan
seni rupa (Seni Budaya) melalui berbagai corak gambar yang terdapat pada
berbagai jenis bahan pakaian;
h)
Mendemonstrasikan
sikap tubuh dalam berbagai posisi (Penjas) melalui gerak/sikap antara penjual
dengan pembeli.
Dengan perasaan
senang, anak berusaha secara aktif mendiskusikan hal-hal yang terjadi di pasar.
Hal tersebut karena topik (tema) yang mereka diskusikan menarik. Pendekatan tematik
dalam pembelajaran Matematika memungkinkan anak mengkonstruksi sendiri pengetahuan
yang didapat di pasar tersebut. Menurut Saleh Haji “Kegiatan anak semacam ini
sesuai dengan pandangan konstruktivistik, bahwa pengetahuan dibangun secara
aktif oleh individu “ (Wheatley, 1991). Dalam berbahasa antara penjual dengan
pembeli atau antar penjual dan antar pembeli, siswa mendengarkan penggunaan
kalimat aktif dan kalimat pasif serta penggunaan intonasi dalam berbahasa
dengan baik.
Dalam aspek
interaksi antara penjual dengan pembeli ataupun antar penjual dan antar
pembeli, siswa menyaksikan sikap tenggang rasa, sikap ramah dan sopan, dan
sikap saling menghargai. Pengetahuan lain yang didapat, antara lain: berbagai macam
buah-buahan, berbagai macam sayur-sayuran, berbagai macam ikan. Anak juga mengetahui
hasil-hasil kerajinan tangan, seperti: bakul, sapu lidi, pengki, dan ketupat.
Melalui pendekatan tematik dalam pembelajaran Matematika, proses
pengkonstruksian pengetahuan matematika anak di mulai dari kegiatan kehidupan
sehari-hari yang nyata bagi anak menuju ke pemahaman yang abstrak berupa konsep
matematika yang berbentuk simbol-simbol. Hal ini sesuai dengan pengkonstruksian
pengetahuan yang dikemukakan oleh Tadao (2000) yang menyebutkan terdapat lima
kegiatan berpikir reflektif anak yaitu (1) reflektif realistik, (2) reflektif manipulatif,
(3) reflektif ilustratif, (4) reflektif linguistik, dan (5) reflektif (
Saleh Haji dalam Junal Pendidikan Volume 10, Nomor 1 ) .
V.
DAFTAR PUSTAKA
Defanri, 2009. Pembelajaran Tematik. Tersedia
http://defanri.blogspot.com/2009/06/
pembelajaran-tematik.html ( 10 September 2011 ).
Depdiknas. 2007. Materi Sosialisasi dan Pelatihan
Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta.
Justranata, 2005. Contextual
Teaching Learning (Pendekatan Tematik). Tersedia http://justranata.blogspot.com/2010/05/ contextual-teaching-learning-pendekatan.html ( 04 November
2011 ).
Sanjaya, 2006 Kegiatan Belajar
Mengajar yang Efektif. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Suprawoto,
Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar.
Tersedia http://www.slideshare.net/NASuprawoto/pembelajaran-tematik-di-sekolah-dasar. ( 12 Oktober
2011 ).
Sukayati. 1998. Pembelajaran
terpadu ( Ringkasan dan Refleksi ) Makalah tidak dipublikasikan , Malang.
Program Pasca Sarjana IKIP Malang.
Supratiningsih, dkk, . Pembelajaran
Tematik.
Tersedia http://www.docstoc.com/docs/25353080/judul
PEMBELAJARAN-TEMATIK ( 02 November 2011 ).
Saleh Haji, 2009. DAMPAK PENERAPAN PENDEKATAN TEMATIK
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR. Jurnal
Pendidikan, Volume 10, Nomor 1, Maret 2009, 1-108
Tersedia http://lppm.ut.ac.id/htmpublikasi/pembelajaran_matematika.pdf
Scribd, Model Pembelajaran
Tematik.
Tersedia http://www.scribd.com/doc/6445009/13-Model-Pembelajaran-Tematik ( 07 September 2011 ).
Sutirjo dan Sri Istuti Mamik. (2005). Tematik:
Pembelajaran Efektif dalam Kurikulum 2004. Malang: Bayumedia Publishing.
Tarmizi
Ramadhan, 2008. Model Pembelajaran
Tematik, Kelebihan dan Kelemahannya.
Tersedia http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/04/ ( 12 Oktober 2011
).
Oni Suryani, 2007. Pelajaran
Tematik.
Tersedia http://onisur.wordpress.com/2007/10/18/ ( 03 Oktober 2011 ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar