Kamis, 05 Juli 2012

Pendekatan Tematik


             Pendekatan Tematik Revisi 















 



                                                                 





Merlina Situmeang
&
Robert Robinson Edo


Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas:
DASAR PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Dosen Pembimbing : Louise M.S.Sihotang, Dra,Mpd.

http://profile.ak.fbcdn.net/hprofile-ak-snc4/50415_128389975742_3727_n.jpg

Program Studi Matematika
Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan
UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA
2011
KATA PENGANTAR

 Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang tepat pada waktunya yang berjudul “PENDEKATAN TEMATIK.”
Makalah ini berisikan informasi tentang Pengertian Pendekatan Tematik atau yang lebih khususnya membahas tentang Cara guru Mengajar yang profesional sehingga siswa-siswa tertarik dengan pelajaran matematika.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Pendekatan Tematik.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing, Ibu Louise Saija Sihotang yang sedang sabar mengarahkan dan membimbing kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
           Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan  senantiasa memberkati segala usaha kita. Amin.

Bandung, 16 September 2011

                               
                                Penyusun
Daftar Isi


Kata Pengantar ...........................................................................................2
Daftar Isi.....................................................................................................3 
       I.            Pendahuluan....................................................................................4
    II.             Pendekatan Tematik
2.1. Sejarah Pendekatan Tematik.....................................................5
2.2. Pengertian Pendekatan Tematik................................................6
2.3. Karakteristik Pendekatan Tematik............................................13
2.4. Implementasi Pendekatan Tematik...........................................17
2.5. Prodesur Pengimplementasian Pendekatan Tematik.................19
2.6. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Tematik......................25
 III.            Contoh  Penelitan Yang Relevan......................................................27
 IV.            Contoh Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Tematik.............................................................................................31
    V.            Daftar Pustaka..................................................................................36





I.                   PENDAHULUAN

Pemerintah pada beberapa tahun lalu telah mengeluarkan kebijakan tentang otonomi daerah. Kebijakan ini antara lain memberi ruang gerak yang luas kepada lembaga pendidikan khususnya sekolah dasar dalam mengelola sumber daya yang ada, dengan cara mengalokasikan seluruh potensi dan prioritas sehingga mampu melakukan terobosan-terobosan sistem pembelajaran yang lebih inovatif dan kreatif.
Salah satu upaya kreatif dalam melaksanakan pembelajaran yang   menggunakan kurikulum berbasis kompetensi di sekolah dasar adalah melakukan pembelajaran tematik. Pembelajaran model ini akan lebih menarik dan bermakna bagi anak karena model pembelajaran ini menyajikan tema-tema pembelajaran yang lebih aktual dan kontekstual dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian masih banyak pihak yang belum memahami dan mampu menerapkan model ini secara baik. Melalui tulisan ini akan diuraikan secara singkat tentang pembelajaran tematik secara konseptual dan implementasinya dalam kegiatan pembelajaran.
Hal inilah yang membuat kelompok kami tertarik untuk mengangkat Pendekatan Tematik sebagai bahan persentase kami pada pelajaran Dasar Pembelajaran Matematika. Karena pendekatan Tematik ini disajikan dengan tema-tema yang sesuai dengan bahan ajar dan melibatkan siswa untuk ikut terjun dan menyenangkan tentunya bagi siswa.

II.                PENDEKATAN TEMATIK

2.1. Sejarah Pendekatan Tematik
Mata pelajaran telah menjadi harga mati dalam pendidikan saat ini. Semenjak dini anak-anak telah mengenal apa itu pelajaran Bahasa, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam misalnya. Mereka bahkan semenjak dini telah mengenal daftar mata pelajaran. Bahkan mungkin pekerjaan pertama yang mereka lakukan pada hari pertama masuk sekolah dasar adalah menyalin daftar mata pelajaran.
Untuk itu pendekatan mata pelajaran dirasa perlu dilakukan oleh seorang pendidik, dan pendekatan ini  diawali oleh seorang ahli psikologi ketimbang seorang ahli pendidikan. Orang tersebut adalah Wilhelm Maxt Wundt, seorang ahli psikologi eksperimental. Wundt menganggap bahwa pendidikan adalah masalah respons dari stimulus luar. Ketidaktahuan akan sesuatu adalah penyakit yang dapat disembuhkan. Pendidikan direduksi menjadi sebuah modifikasi behavioral ( Mitchell: Bab 3, dalam Oni Suryani ).
Pendekatan ini diterapkan dengan baik oleh James Cattell, seorang psikolog Amerika, pionir dalam pengukuran intelegensia. Pendekatan inilah yang kelak melahirkan konsep seperti tujuan pengajaran (“learning objective”) dan tentu saja sistem penilaian. Pendidikan telah dilarikan dari pengajaran substansi menjadi pencapaian hasil akhir yang dapat diukur. Menurut Mitchell, pendidikan yang broad-based pun kehilangan peminat yang lari ke pendekatan mata pelajaran dengan tujuan terukur. Dan pendekatan tematik  ini sekarang diadopsi oleh hampir seluruh dunia ( Mitchell : bab 3, dalam Oni Suryani ).
Ini adalah akibat kemenangan kubu konservatif di Era Reformasi di penghujung Renaissance. Sebelumnya para pelajar memiliki kebebasan memilih guru, pelajaran, bahkan jam belajar yang bebas dan semau saya. Kemenangan kaum konservatif ini salah satunya dipengaruhi oleh mulai menguatnya negara sepeninggal melemahnya kekuasaan gereja. Momen ini dimanfaatkan oleh negara untuk lebih mengendalikan warganya, salah satunya melalui pendidikan.
 Menurut Oni Suryani ” negara dengan kekuasaan penuh, didukung oleh gereja reformasi (Calvinist dan Lutheran), memaksakan sebuah sistem sekolah baru, dengan disiplin, absen, kurikulum tetap, mata pelajaran, jam pelajaran, peraturan sekolah dengan segala larangannya dan tentu saja hukuman ( Butts, 1947: hal 272).
2.2.   Pengertian Pendekatan Tematik
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa tema dari mata pelajaran yang lainnya sehingga dapat  memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan ( Menurut Poerwadarminta, 1983).
Pendekatan Tematik itu adalah : suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan. Pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema ( Menurut Sutirjo dan Sri Istuti Mamik, 2004: 6).
Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pendekatan pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).
Selain itu Pembelajaran Tematik merupakan implementasi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dasar pertimbangan pelaksanaan pembelajaran tematik ini merujuk pada tiga hal, yaitu : landasan filosofis, psikologis, dan yuridis.
 Dari pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa pembelajaran tematik dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya materi kurikulum. Disamping itu pembelajaran tematik akan memberi peluang pembelajaran terpadu yang lebih menekankan pada partisipasi/keterlibatan siswa dalam belajar. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar.
Pendekatan tematik merupakan suatu cara pandang dalam menyelenggarakan pembelajaran yang mengunakan berbagai konteks dalam kehidupan anak sehari-hari.
Konteks itu sendiri dari benda, peristiwa, keadaan atau pengalaman yang berada dalam kehidupan sehari-hari dan mungkin dialami oleh anak pada suatu waktu. Pemilihan konteks ini memungkinkan guru dapat mengembangkan suatu strategi pembelajaran bermakna, utuh dan terpadu yang mengkaitkan antara pembelajaran satu dengan pembelajaran lainnya.
Dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada beberapa prinsip dasar  yang perlu diperhatikan yaitu: 1) bersifat terintegrasi dengan lingkungan, 2) bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema, dan 3) efisiensi. Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas berikut ini akan diuraikan ketiga prinsip tersebut,  berikut ini:
1.      Bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan.
Pembelajaran yang dilakukan perlu dikemas dalam suatu format keterkaitan, maksudnya pembahasan suatu topik dikaitkan dengan kondisi yang dihadapi siswa atau ketika siswa menemukan masalah dan memecahkan masalah yang nyata dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan topik yang  dibahas.
2.      Bentuk belajar harus dirancang agar siswa bekerja secara sungguh-sungguh untuk menemukan tema pembelajaran yang riil sekaligus mengaplikasikannya. Dalam melakukan pembelajaran tematik siswa didorong untuk mampu
menemukan tema-tema yang benar-benar sesuai dengan kondisi siswa, bahkan dialami siswa.
3.      Efisiensi
Pembelajaran tematik memiliki nilai efisiensi antara lain dalam segi waktu, beban materi, metode, penggunaan sumber belajar yang otentik sehingga dapat mencapai ketuntasan kompetensi secara tepat.
Konsep pembelajaran tematik adalah merupakan pengembangan dari pemikiran dua orang tokoh pendidikan yakni Jacob tahun 1989 dengan konsep pembelajaran interdisipliner dan Fogarty pada tahun 1991 dengan konsep pembelajaran terpadu. Pembelajaran tematik  merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam  intra  mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran jadi bermakna bagi peserta didik.
Bermakna disini memberikan arti bahwa pada pembelajaran tematik peserta didik akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman lansung dan nyata yang menghubungkan antar konsep-konsep dalam intra maupun antar mata pelajaran.
Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, maka pembelajaran tematik tampak lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik aktif terlibat dalam proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan. Karena pendekatan pembelajaran tematik lebih mengutamakan pembahasan berbagai konteks yang dimaksud, terutama aspek pengalaman belajar siswa. Dengan demikian pembelajaran tematik menjadi bersahabat, menyenangkan, tetapi bermakna bagi siswa.
Untuk itu pendidik dituntut harus mampu merancang dan melaksanakan pengalaman belajar dengan tepat. Setiap peserta didik memerlukan bekal pengetahuan dan kecakapan agar dapat hidup dimasyarakat, dan bekal ini diharapkan diperoleh melalui pengalaman belajar disekolah. Oleh sebab itu pengalaman belajar di sekolah sedapat mungkin memberikan bekal bagi peserta didik dalam mencapai kecakapan untuk berkarya. Kecakapan ini disebut dengan kecakapan hidup yang cakupannya lebih luas dibanding hanya sekedar keterampilan. Itu merupakan salah satu alasan untuk menerapkan pendekatan pembelajaran tematik  yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu, dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran.
“Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan” ( Depdiknas ,2007:226 ). Dan “Tema merupakan alat atau wadah untuk mengedepankan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh “.
( Kunandar ,2007:311, dalam Tarmizi Ramadhan ), dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.
 Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Jadi, pembelajaran tematik adalah pembelajatan terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi yang terdapat di dalam beberapa mata pelajaran dan diberikan dalam satu kali tatap muka.
Pembelajaran tematik dikemas dalam suatu tema atau biasa disebut dengan istilah tematik. Pendekatan tematik ini merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, kemahiran dan nilai pembelajaran serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Dengan kata lain pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama peserta didik dan atau oleh guru itu sendiri dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema dalam pembelajaran tematik menjadi sentral yang harus dikembangkan.
 Tema tersebut diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya:
1)      Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu.
2)      Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama.
3)      Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
4)      Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik.
5)      Peserta didik lebih mampu merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.
6)      Peserta didik mampu dan lebih bergairah dalam belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain.
7)      Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan  terlatih untuk dapat  menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung  siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.
2.3. Karakteristik Pendekatan Tematik
Pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagaimana diungkapkan dalam www. pppg tertulis.or.id. sebagai berikut :
1) Berpusat pada siswa.
2) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa.
3) Pemisahan mata  pelajaran tidak begitu jelas.
4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses       pembelajaran.
 5) Bersifat fleksibel.                          
 6) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan siswa.
Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang karakteristik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1.      Berpusat pada siswa.
Proses pembelajaran yang dilakukan harus menempatkan siswa sebagai pusat aktivitas dan harus mampu memperkaya pengalaman belajar. Pengalaman belajar tersebut dituangkan dalam kegiatan belajar yang menggali dan mengembangkan fenomena alam di sekitar siswa.
2.      Memberikan pengalaman langsung kepada siswa.
Agar pembelajaran lebih bermakna maka siswa perlu belajar secara langsung dan mengalami sendiri. Atas dasar ini maka guru perlu menciptakan kondisi yang kondusif dan memfasilitasi tumbuhnya pengalaman yang bermakna.
3.      Pemisahan mata  pelajaran tidak begitu jelas.
Mengingat  tema dikaji dari berbagai mata pelajaran dan saling keterkaitan maka  batas mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas.
4.      Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.
5.      Bersifat fleksibel.
Pelaksanaan pembelajaran tematik tidak  terjadwal secara ketat antar mata pelajaran.
6.      Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan siswa.
Sehubungan dengan hal tersebut diungkapkan pula dalam www p3gmatyo.go.id/download/SD karakteristik pembelajaran terpadu/tematik sebagai berikut :
1)  Pembelajaran berpusat pada anak.
2)  Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan.
3)  Belajar melalui pengalaman langsung.
4)  Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata.
5)  Sarat dengan muatan keterkaitan.

Dan sebagai suatu proses, pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai berikut :
  1. Pembelajaran berpusat pada peserta didik.
Pembelajaran tematik dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, karena pada dasarnya pembelajaran tematik merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan keleluasan pada peserta didik baik secara individu maupun kelompok. Peserta didik dapat aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.
2. Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan.
Pembelajaran tematik mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antar skemata yang dimiliki peserta didik, sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari peserta didik. Hasil yang nyata didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang di pelajari dan mengakibatkan kegiatan belajar lebih bermakna. Hal ini diharapkan akan berakibat kepada kemampuan peserta didik untuk dapat menerapkan perolehan belajarnya pada pemecahan masalah-masalah yang nyata dalam kehidupannya.
3. Belajar melalui pengalaman langsung.
Pada pembelajaran tematik diprogramkan untuk melibatkan peserta didik secara lansung pada konsep dan prinsip yang dipelajari dan memungkinkan peserta didik belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung. Sehingga peserta didik akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan sekadar informasi dari guru. Pendidik lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan katalisator yang membimbing kearah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan peserta didik sebagai aktor pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan pengetahuannya.
4. Lebih memperhatikan proses dari hasil semata.
Pada pembelajaran tematik dikembangkan pendekatan discoveri inquiry (penemuan terbimbing) yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses evaluasi. Pembelajaran Tematik dilaksanakan dengan melibatkan hasrat, minat, dan kemampuan peserta didik, sehingga dimungkinkan peserta didik  termotivasi untuk belajar terus menerus.
5. Sarat dengan muatan keterkaitan.
Pembelajaran tematik memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Sehingga dimungkinkan peserta didik untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat peserta didik lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.
2.4. Implementasi Pendekatan Tematik
Implikasi Pembelajaran Tematik
Dalam implementasi
nya pembelajaran tematik disekolah dasar mempunyai implikasi yang mencakup :
  • Implikasi bagi guru
Pengalaman Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreaktif baik dalam menyiapkan belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan, dan utuh.
  • Implikasi bagi siswa
1.      Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya yang dimungkinkan untuk bekerja, baik secara individual, pasangan kelompok kecil, maupun klasikal.
2.       Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi dan aktif.
·         Implikasi terhadap sarana, prasarana,sumber balajar dan media.
1.      Pelaksanaan pembelajaran ini memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar yang mendukung agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.
2.      Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar, baik yang didesain secara khusus maupun yang tersedia dilingkungan.
3.      Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran bervariasi.
4.      Pembelajaran ini masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada atau bila memungkinkan untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi.

·         Implikasi terhadap pengaturan ruangan.
1.      Ruang perlu ditata sesuai tema yang dilaksanakan.
2.      Susunan bangku bisa berubah-ubah.
3.       Perta didik tidak harus selalu harya duduk dikursi, tetapi dapat duduk ditikar atu dikarpet.
4.      Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik didalam maupun diruangan.
5.      Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan dimanfaatkan sebagai sumber balajar.
6.      Alat, sarana, sumber belajar hendaknya dikelola dengan baik.

  • Implikasi terhadap pemilihan metode
Pembelajaran yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multi metode, misalnya  percobaan, bermain peran, tanya jawab, demonstrasi, dan bercakap-cakap.

2.5. Prosedur Pengimplementasian Pembelajaran Pendekatan Tematik
Menurut Surya (2002:84) belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Apabila pemahaman guru tentang belajar adalah proses memperoleh tingkah laku secara keseluruhan, maka proses pembelajaran yang terjadi suatu kesatuan yang mengandung berbagai persoalan untuk dipahami oleh peserta didik secara keseluruhan dan terpadu.
Secara umum pelaksanaan pembelajaran tematik memiliki tiga tahapan, yakni tahapan perencanaan, tahapan pelaksanaan dan tahapan evaluasi.
  1. Tahap Perencanaan Pembelajaran
Sebelum dilakukan pemilihan tema yang akan diangkat dalam kegiatan pembelajaran, pendidik terlebih dahulu harus melakukan kegiatan menganalisis SK dan KD yang ada dalam standar isi. Kemudian mengelompokkan SK dan KD yang memiliki keterkaitan atau hubungan satu sama lainnya, baik dalam satu mata pelajaran ataupun antar mata pelajaran.
Setelah kegiatan pengelompokan SK dan KD selesai lalu pendidik merancang materi pembelajaran untuk setiap SK dan KD tersebut, kemudian dilakukan analisis ulang. Berdasarkan SK, KD dan materi esensial yang telah dikelompokkan dan dianalisis, guru kelas dan guru mata pelajaran melakukan diskusi untuk menetapkan tema dasar dan unit tema.
Tema dapat juga dipilih berdasarkan pertimbangan lain yaitu : tema yang dipilih berdasarkan konsensus antar siswa, misalnya dari buku-buku bacaan, pengalaman, minat, isu-isu yang sedang berkembang ditengah-tengah masyarakat. Hal ini membutuhkan sarana dan prasarana yang menunjang serta sumber belajar yang tersedia, dan juga harus memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik.
Mengingat tuntutan BNSP pendekatan tematik di gunakan di kelas terendah Sekolah Dasar maka pola pemilihan tema dengan cara ini akan sangat sulit untuk dioperasionalkan. Sehingga akan lebih realistis apa bila tema ditentukan oleh guru dari berbagai mata pelajaran secara bersama-sama. Menurut  Herawati 1998, mengatakan ada beberapa persyarat yang harus dipenuhi dalam menentukan tema yaitu :
  1. Tema merupakan hasil ramuan dari berbagai materi didalam satu maupun beberapa mata pelajaran.
  2. Tema diangkat sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran yang terpadu dalam materi pembelajaran, prosedur penyampaian, serta pemaknaan pengalaman belajar oleh peserta didik.
Tema disesuaikan dengan karakteristik belajar peserta didik SD sehingga azas perkembangan berpikir anak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Tema harus bersifat cukup problematik  dan populer sehingga membuka kemungkinan luas untuk melaksanakan pembelajaran beragam yang mengandung substantif yang lebih luas apabila dibanding dengan pembelajaran biasa.
Setelah dilakukan analisis terhadap SK dan KD lalu dirumuskan indikator ketercapai kompetensi, KD dan indikator didistribusikan pada tema-tema yang telah ditentukan, sehingga semua KD dan indikator tersebut semuanya habis.
Apabila ada kompetensi yang tidak tercakup, artinya KD dan indikator yang tidak dapat dipadu dengan tema yang tersedia atau tidak dapat dipadu dengan mata pelajaran lain maka KD dan indikator tersebut diajarkan secara tersendiri.
Untuk mendistribusikan semua SK, KD dan indikator tersebut dibuatlah jaringan tema, untuk menghubungkan KD dan indikator dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihatlah keterkaitan antara tema, KD dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.
Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahapan sebelumnya dijadikan dasar untuk penyusunan silabus. Komponen silabus menurut Permendiknas No.41 tahun 2008 tentang standar proses mencakup SK, KD, indikator pencapaian kompetensi, materi esensial, KKM, kegiatan pembelajaran, alokasi waktu, sistem penilaian,  alat bantu belajar, media dan sumber belajar. Permen 22 tahun 2006 tentang standar isi menuntut adanya tugas terstruktur dan tugas tidak terstruktur dalam pelaksanaan proses pembelajaran maka kedua sistem tugas tersebut diakomodir dalam merumuskan silabus.
Untuk mengoperasionalkan silabus tersebut dalam pelaksanaan pembelajaran perlu disusun RPP. Rancangan Program Pembelajaran tersebut merupakan patron dari kegiatan pendidik dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas.
2. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik.
Pelaksanaan pembelajaran merupakan kegitan inti dari aktivitas pembelajaran, dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan rambu-rambu yang telah disusun pada Rancangan Program Pembelajaran (RPP). Pada tahapan ini dapat diketahui kekuatan dan kelemahan dari rancangan yang telah disusun. Oleh karenanya dibutuhkan kemampuan pendidik dalam melaksanakan model pembelajaran tematik. Kemampuan pendidik dalam mengembangkan materi pembelajaran, membuat proses pembelajaran lebih bermakna sangat erat hubungannya dengan pemilihan tema pembelajaran.
Menurut Dunkin ( dalam Sanjaya, 2006 ) ada sejumlah aspek yang mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru yaitu :
  1. Formative experience, meliputi jenis kelamin serta semua pengalam hidup yang menjadi latar belakang sosial mereka.
  2. Teacher training experience, meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan pendidik.
  3. Training properties, segala sesuatu yang berhungan dengan sifat yang dimiliki pendidik, seperti sikap pendidik terhadap siswa, kemampuan dan intelegensi pendidik, baik dalam kemampuan pendidik mengelola kegiatan pembelajaran, maupun kemampuan pendidik menguasai materi pembelajaran.
 Disamping faktor pendidik banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas proses pembelajaran tersebut, diantaranya kualitas rancangan pembelajaran, faktor sarana dan prasarana yang tersedia, faktor alat bantu belajar, media dan sumber belajar, faktor lingkungan belajar dan termasuk yang sangat menentukan faktor peserta didik itu sendiri.
Prosedur pelaksanaan pembelajaran tematik tidak berbeda dengan pelaksanaan pembelajaran lainnya, pembelajaran dilakukan dengan menggunakan tiga tahapan pembelajaran, yaitu: kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir pembelajaran. Pada kegiatan awal dilakukan kegiatan mengkondisikan kelas untuk siap melaksanakan proses pembelajaran, menginformasikan tema dan subtema, KD dan indikator yang akan dibahas melalui materi ajar, tujuan pembelajaran dan merevew tugas terstruktur kalau ada.
Kegiatan inti terdiri dari tiga bagian yakni, Eksplorasi, yaitu menggali sedalam dan seluas mungkin materi yang sedang dibahas. Elaborasi, yaitu mengkorelasikan dan memadukan antara konsep yang sedang dibahas dengan konsep sebelumnya dalam satu mata pelajaran dan dengan konsep lain pada mata pelajaran yang berbeda, atau menerapkan konsep tesebut untuk memecahkan masalah, dan atau mengkorelasikan dengan keadaan nyata sehari-hari dan harapan masa depan. Komfirmasi, yaitu melakukan upaya pembenaran dari temuan belajar peserta didik dengan melakukan penguatan, dan penyimpulan akhir hasil pembelajaran. Kegiatan akhir pembelajaran berisikan kegiatan pemberian Latihan Dalam Proses (LDP) dan menginformasikan tema atau subtema untuk pembelajaran berikutnya, serta memberikan tugas terstruktur kalau dibutuhkan.
3.  Mengevaluasi Proses dan Hasil Belajar.
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang penekanannya pada kebermaknaan proses dalam arti bahwa peserta didik mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui pengalaman langsung dalam proses pembelajaran dari pada menguasai setumpuk konsep yang belum tentu dimengerti dan diperlukan mereka.
Oleh karenanya penilaian proses pembelajaran dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan. Adapun aspek-aspek utama yang harus selalu diamati pendidik antara lain adalah, seberapa besar dan dalam tingkat keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung, tingkat keaktifan dan kreaktifitas peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuaannya melalui pengalamannya dalam proses pembelajaran, disamping motivasi dan ketekunannya mengikuti proses pembelajaran.
Penilaian hasil belajar yang memiliki kesesuaian dengan pembelajaran tematik adalah autentic assesment dalam bentuk penilaian kinerja dan portofolio ketimbang dalam bentuk  penilaian konvensional yang mengunakan instrumen test tertulis atau lisan. Karena peserta didik akan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sesuai dengan tingkat perkembangan dan skemata yang telah mereka miliki.
2.6. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Tematik                          
Menurut Kunandar (2007:315) dalam Tarmizi Ramadhan , Pembelajaran Tematik mempunyai kelebihan-kelebihan antaralain :
  1. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik.
  2. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
  3. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.
  4. Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi.
  5. Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama.
  6. Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
  7. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik.
Keuntungan lain dari pendekatan tematik dalam pembelajaran Matematika bagi siswa antara lain :
1.      Belajar berfokus pada proses.
2.      Mengurangi rintangan artificial.
3.      Berpusat pada anak.
4.      Siswa bergairah dalam penemuan dan penyelidikan di dalam dan di luar   kelas.
5.      Mempertinggi apresiasi dan pemahaman.
6.      Mengoptimalkan pengetahuan awal siswa dalam mengembangkan pengetahuan baru.
7.      Merangsang kreasi siswa ( Menurut Setiati, 1998) dalam Tarmizi Ramadhan.
Sedangkan keuntungan bagi guru antara lain :
1.      Tersedianya waktu yang lebih banyak untuk pencapaian tujuan pembelajaran.
2.      Hubungan antara subyek, topik, dan tema dapat dikembangkan secara    logis.
3.      Pembelajaran dapat ditunjukkan sebagai aktifitas yang terus menerus,
4.      Guru bebas membantu siswa melihat masalah dari berbagai sudut pandang.
5.      Penilaian lebih holistik, autentik, dan bermakna.
6.      Guru dapat mengembangkan proses pemecahan masalah, berpikir kreatif, dan kritis.          
Selain kelebihan di atas pembelajaran tematik memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pembelajaran tematik tersebut terjadi apabila dilakukan oleh guru tunggal. Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga dalam pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan materi pokok setiap mata pelajaran. Di samping itu, jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tidak akan tercapai karena akan menjadi sebuah narasi yang kering tanpa makna.
III.             CONTOH  PENELITIAN  YANG RELEVAN

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Saleh Haji ( dr.Saleh haji@yahoo.com ) dalam penelitiannya yang berjudul DAMPAK PENERAPAN PENDEKATAN TEMATIK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR, bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan tematik lebih baik daripada yang diajar dengan menggunakan pembelajaran biasa. Hal ini tampak dari perbedaan skor rata-rata hasil belajar. Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan tematik dalam pembelajaran Matematika adalah 79,019 pada skala 0-100. Lebih baik daripada siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional/pembelajaran yang biasa dilakukan guru sebesar 54,615 pada skala
0-100. Selisih nilai postest dengan pretest siswa yang diajar dengan pendekatan tematik adalah 37,788 pada skala 0-100, sedangkan dengan pembelajaran konvensional adalah 11,846.
Perbedaan penambahan kemampuan Matematika antara hasil dari pendekatan tematik dan konvensional menunjukkan bahwa kedua pembelajaran tersebut memberikan pengaruh yang berbeda. Perbedaan tersebut selain ditunjukkan oleh perbedaan penambahan pengetahuan, secara statistik ditunjukkan dengan hasil nilai t hitung sebesar 5,217 lebih besar dari  table sebesar 3,641 dengan derajat kebebasan 69 dan taraf kepercayaan 95% yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan pendekatan dengan pembelajaran konvensional.

Perbedaan hasil pendekatan tematik dalam pembelajaran Matematika dengan hasil pembelajaran konvensional dapat dipahami karena adanya perbedaan penekanan. Tematik dalam Pembelajaran Matematika menitikberatkan dan mempertimbangkan hakikat anak sekolah dasar yang berusia sekitar 7-13 tahun,
Seperti : pola pemikirannya yang bergerak dari hal-hal yang umum ke hal-hal yang khusus (Menurut Gunarsa, 1990), pandangannya menyatu/holistic (Menurut Freudenthal, 1973), sulit memahami bagian-bagian ( Menurut Asy’ari, 1977), dan lebih mudah memahami hal-hal konkret (Menurut Ruseffendi, 1991). Pendekatan tematik dalam pembelajaran Matematika dapat mengakomodasi karakteristik anak tersebut sehingga mereka dapat memahami materi matematika dengan baik.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar Matematika siswa yang diajar dengan pendekatan tematik dalam pembelajaran Matematika dengan siswa yang diajar melalui pembelajaran konvensional. Dari rata-rata hasil belajar didapat bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan tematik dalam Pembelajaran Matematika lebih baik dari hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional. Selain itu, melalui Pendekatan Tematik dalam Pembelajaran Matematika siswa memperoleh
berbagai cara dalam melakukan operasi hitung, mendapat pengetahuan yang cukup banyak selain pengetahuan Matematika, dan siswa merasa senang dalam belajar Matematika.
Penelitian pembelajaran Matematika dengan pendekatan tematik diharapkan dilanjutkan untuk pokok bahasan, tema, dan subyek yang berbeda dari penelitian ini. Selanjutnya kepada guru Matematika disarankan menggunakan pendekatan tematik dalam Pembelajaran Matematika untuk menjelaskan konsep Matematika khususnya bagi kelas 3 Sekolah Dasar. Selanjutnya pembuat kebijakan di bidang pendidikan disarankan untuk mempertimbangkan penerapan pendekatan tematik dalam pembelajaran Matematika khususnya di Sekolah Dasar.
Persoalan yang paling serius yang dihadapi oleh dunia pendidikan kita dewasa ini adalah persoalan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Belum tercapainya kurikulum, dan tercapainya  standarnya kompetensi yang dimiliki banyak guru, rendahnya tingkat profesionalitas, rendahnya motivasi kerja, ketidak mampuan guru mengabgret dirinya,  dan belum bangganya seorang guru memiliki profesi guru.
Banyak hal yang telah dilakukan pemerintah, seperti : sertifikasi guru, pendidikan dan pelatihan dan melahirkan UU guru dan dosen, tetapi semuanya hilang bak ditelan malam. Dilain pihak guru adalah orang yang berada dilini terdepan dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Sebagus apapun kurikulum, selengkap apapun fasilitas, jika berada ditangan guru yang tidak profesional tidak akan bermakna apa-apa (  Saleh Haji dalam Junal Pendidikan Volume 10, Nomor 1 ).
 Menurut Stephen.R.Covey (2005) mengatakan, antara rangsangan dan tanggapan  terdapat sebuah  ruang. Di ruang itu terdapat kebebasan dan kemampuan  kita untuk memilih tanggapan. Dalam pilihan-pilihan kita terdapat perkembangan dan kebahagian kita. Apabila kita mendasari pilihan dengan warisan kebiasaan dan keberhasilan masa lalu, maka ia akan mempersempit ruang yang ada, karena kondisi kekinian bergerak jauh lebih cepat dari apa yang kita pikirkan (  Saleh Haji dalam Junal Pendidikan Volume 10, Nomor 1 ).
Apabila hari ini kita ditentukan oleh masa lalu, apakah masa depan kita masih akan ditentukan oleh masa lalu ? Wilayah cakupan apa yang kita pikirkan dan kita kerjakan dibatasi oleh apa yang tidak kita ketahui. Dan karena itu, tidak berhasil mengetahui apa-apa yang tidak berhasil kita ketahui, hanya sedikit hal yang dapat kita lakukan terhadap perubahan; sampai kita mengetahui bagaimana kegagalan untuk mengetahui itu membentuk pikiran dan perbuatan kita.
Peningkatan mutu pendidikan harus kita mulai hari ini dan dari diri kita sendiri, kalau tidak kita akan digilas oleh pikiran dan angan-angan kita sendiri, dan ia akan makin jauh meninggalkan kita, tanpa mungkin kita kejar hanya dengan merenung dan berangan-angan. Mari kita berbuat dan berbuat sebagai warisan untuk anak-cucu kita kelak dikemudian hari.
IV.              CONTOH  PEMBELAJARAN  MENGGUNAKAN  PENDEKATAN  TEMATIK
 Pendekatan tematik dalam pembelajaran Matematika dapat mengakomodasi karakteristik anak tersebut sehingga mereka dapat memahami materi matematika dengan baik. Pendekatan tersebut memungkinkan siswa untuk terlibat langsung pada masalah nyata dan siswa dapat memperhatikan hal-hal umum sesuai dengan tema yang dipilih.

Seperti dalam tema ‘Pasar’, siswa dihadapkan pada situasi pasar yang berkaitan dengan jual-beli, berhitung, berkomunikasi, hubungan sosial, tata krama, mahluk hidup, kesopanan, hasil kerajinan tangan (seni budaya), dan berbagai macam benda.

Hal-hal yang umum tersebut dapat mengantarkan siswa pada pemahaman konsep matematika, seperti melalui peristiwa jual-beli, siswa dapat diarahkan pada pemahaman konsep ’Operasi Hitung Bilangan Sampai Tiga Angka’, dalam peristiwa seorang ibu membeli buah mangga di pasar. Selain untuk keperluan dirinya, ibu tersebut mendapat pesanan dari tentangganya untuk membelikan mangga juga. Ibu tersebut membeli 2 kantong plastik untuk dirinya dan 2 kantong plastik untuk pesanan tetangganya.

Masing-masing kantong plastik memuat 2 buah mangga. Banyak mangga yang dibeli oleh ibu tersebut dipahami sebagai: Untuk dirinya sendiri sebanyak: 4; dan untuk pesanan tetangganya sebanyak: 4; yang kemudian ditulis dalam bentuk simbol, kata ‘dan’ diganti dengan simbol ‘+’, sehingga ditulis sebagai: 2 + 2 (untuk dirinya) dan 2 + 2 (untuk tetangganya). Selanjutnya ditulis sebagai: 4 + 4 yang menghasilkan 8 buah mangga. Siswa lain, memahami kasus di atas sebagai berikut: 2 ( ) untuk dirinya dan 2 ( ) untuk tetangganya. Lalu ditulis sebagai 2 (2) dan 2 (2). Simbol ( ) dipahami sebagai ‘kali’ sedangkan ‘dan’ dipahami sebagai ‘+’. Hasilnya adalah 2 x 2 + 2 x 2 = 4 + 4 = 8. Siswa yang lain lagi memahaminya sebagai berikut : 2 ( dan ), Sehingga diperoleh : 2 ( 2 + 2 ), menjadi 2 x 4 = 8.

Kasus kongkrit tersebut dilengkapi dengan kasus-kasus jual-beli lain yang dapat mengantarkan anak untuk memahami sifat abstrak seperti operasi hitung penjumlahan dan perkalian dengan berbagai cara. Ternyata, dengan pendekatan tematik dalam pembelajaran Matematika anak mampu memahami konsep matematika tentang ’Operasi Hitung Bilangan Sampai Tiga Angka’ secara bermakna, karena terjadi pengkaitan antar sejumlah konsep dalam matematika maupun dengan kehidupan sehari-hari.

Pemahaman operasi hitung yang didekati melalui suatu tema dalam kehidupan nyata membuat siswa senang dalam belajar matematika. Siswa menikmati proses matematika yang terdapat dalam aktifitas di pasar. Mereka melakukan suatu kegiatan nyata yang di dalamnya terdapat berbagai konsep operasi hitung. Hasil perhitungan sikap tentang respon siswa terhadap pembelajaran Matematika dengan menggunakan pendekatan tematik menunjukkan sebanyak 73% siswa menyenangi belajar matematika dengan menggunakan pendekatan tematik. Selain dapat memahami materi matematika dengan cara melakukan suatu aktivitas dalam situasi nyata (Gravemeijer, 1994), anak juga mendapatkan banyak pengetahuan lain tentang berbahasa, berinteraksi sosial, berdisiplin dan mengetahui berbagai hal yang terdapat di pasar.

Konsep-konsep (pengetahuan) yang muncul melalui pendekatan tematik dalam tema ’Pasar’ sebagai berikut:
a)      Operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian (Matematika) yang muncul melalui kegiatan jual-bel barang/bahan;
b)      Bentuk tulisan, susunan kalimat, perbendaharaan kata, intonasi dan gaya bahasa (Bahasa Indonesia) yang muncul melalui kegiatan penuturan (pembuatan kuitansi) antara penjual dengan pembeli;
c)      Berbagai jenis hewan, sayuran, dan buah-buahan (Ilmu Pengetahuan Alam) melalui pembelian sejumlah bahan makanan;
d)     Sikap saling menghormati, memahami jenis pekerjaan, uang (Ilmu Pengetahuan Sosial) melalui kegiatan negosiasi antara penjual dengan pembeli;
e)      Sikap demokratis, hak dan kewajiban warga negara (PPKN) melalui kegiatan kebebasan pembeli untuk menentukan barang/bahan yang akan dibelinya;
f)       Kejujuran (Pendidikan Agama) melalui kegiatan menimbang barang dagangan (penjual) dan membayar barang (pembeli);
g)      Mengekspresikan seni rupa (Seni Budaya) melalui berbagai corak gambar yang terdapat pada berbagai jenis bahan pakaian;
h)      Mendemonstrasikan sikap tubuh dalam berbagai posisi (Penjas) melalui gerak/sikap antara penjual dengan pembeli.

Dengan perasaan senang, anak berusaha secara aktif mendiskusikan hal-hal yang terjadi di pasar. Hal tersebut karena topik (tema) yang mereka diskusikan menarik. Pendekatan tematik dalam pembelajaran Matematika memungkinkan anak mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang didapat di pasar tersebut. Menurut Saleh Haji “Kegiatan anak semacam ini sesuai dengan pandangan konstruktivistik, bahwa pengetahuan dibangun secara aktif oleh individu “ (Wheatley, 1991). Dalam berbahasa antara penjual dengan pembeli atau antar penjual dan antar pembeli, siswa mendengarkan penggunaan kalimat aktif dan kalimat pasif serta penggunaan intonasi dalam berbahasa dengan baik.

Dalam aspek interaksi antara penjual dengan pembeli ataupun antar penjual dan antar pembeli, siswa menyaksikan sikap tenggang rasa, sikap ramah dan sopan, dan sikap saling menghargai. Pengetahuan lain yang didapat, antara lain: berbagai macam buah-buahan, berbagai macam sayur-sayuran, berbagai macam ikan. Anak juga mengetahui hasil-hasil kerajinan tangan, seperti: bakul, sapu lidi, pengki, dan ketupat. Melalui pendekatan tematik dalam pembelajaran Matematika, proses pengkonstruksian pengetahuan matematika anak di mulai dari kegiatan kehidupan sehari-hari yang nyata bagi anak menuju ke pemahaman yang abstrak berupa konsep matematika yang berbentuk simbol-simbol. Hal ini sesuai dengan pengkonstruksian pengetahuan yang dikemukakan oleh Tadao (2000) yang menyebutkan terdapat lima kegiatan berpikir reflektif anak yaitu (1) reflektif realistik, (2) reflektif manipulatif, (3) reflektif ilustratif, (4) reflektif linguistik, dan (5) reflektif (  Saleh Haji dalam Junal Pendidikan Volume 10, Nomor 1 ) .
 


V.                 DAFTAR PUSTAKA
Defanri, 2009. Pembelajaran Tematik.                                                                   Tersedia http://defanri.blogspot.com/2009/06/ pembelajaran-tematik.html  ( 10 September 2011 ).
Depdiknas. 2007. Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta.
Justranata, 2005. Contextual Teaching Learning (Pendekatan Tematik). Tersedia http://justranata.blogspot.com/2010/05/    contextual-teaching-learning-pendekatan.html ( 04 November 2011 ).
Sanjaya, 2006 Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Suprawoto, Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar.                                         Tersedia http://www.slideshare.net/NASuprawoto/pembelajaran-tematik-di-sekolah-dasar. ( 12 Oktober 2011 ).
Sukayati. 1998. Pembelajaran terpadu ( Ringkasan dan Refleksi ) Makalah tidak dipublikasikan , Malang. Program Pasca Sarjana IKIP Malang.
Supratiningsih, dkk, . Pembelajaran Tematik.                                                       Tersedia http://www.docstoc.com/docs/25353080/judul PEMBELAJARAN-TEMATIK  ( 02 November 2011 ).

Saleh Haji, 2009. DAMPAK PENERAPAN PENDEKATAN TEMATIK
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR.  Jurnal Pendidikan, Volume 10, Nomor 1, Maret 2009, 1-108
Tersedia http://lppm.ut.ac.id/htmpublikasi/pembelajaran_matematika.pdf

Scribd, Model Pembelajaran Tematik.                                                                        Tersedia http://www.scribd.com/doc/6445009/13-Model-Pembelajaran-Tematik                  ( 07 September 2011 ).

Sutirjo dan Sri Istuti Mamik.  (2005). Tematik: Pembelajaran Efektif dalam Kurikulum 2004. Malang: Bayumedia Publishing.
Tarmizi Ramadhan, 2008. Model Pembelajaran Tematik, Kelebihan dan Kelemahannya. Tersedia http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/04/ ( 12  Oktober 2011 ).
Oni Suryani, 2007. Pelajaran Tematik.                                                                   Tersedia http://onisur.wordpress.com/2007/10/18/  ( 03 Oktober 2011 ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar